January 11, 2011 | By: SAFRILFAQAT

Pemikiran Teologi Ulama Kotemporer

Teologi adalah penafsiran atau refleksi terhadap pemikiran tentang tuhan, hubungan manusia dengan tuhan, dan akibat yang dikaitkan dengan masyarakat. Dalam islam teologi itu disebut juga dengan ‘ilm al-tauhid  atau ‘im al-kalam, pembahasanya berkisar sekitar ajaran pokok dalam suatu agama. teologi merupakan wacana yang hidup tentang masyarakat yang sedang tumbuh mencari model kehidupan yang lebih dewasa, adil, dan sejahtera. Dalam arti ini bisa dikatakan bahwa kedewasaan sebuah umat bisa dilihat dari wacana teologi yang diperlihatkannya.
            Teologi islam sebagai salah satu dari disiplin ilmu telah tumbuh dan menjadi bahagian dari tradisi kajian tentang agama islam pada zaman klasik. Islam memandang perkembangan ilmu ini merupakan bahagian internal kehidupan seorang muslim secara utuh, karena manusia diharuskan mengembangkan ilmu seoptimal mungkin. Manusia diberi otonomi penuh untuk mengembangkanya, asalkan aplikasi dari ilmu itu sesuai dengan ajaran islam yang dilandasi rasa takwa kepada Allah SWT.


Teologi adalah penafsiran atau refleksi terhadap pemikiran tentang tuhan, hubungan manusia dengan tuhan, dan akibat yang dikaitkan dengan masyarakat. Dalam islam teologi itu disebut juga dengan ‘ilm al-tauhid  atau ‘im al-kalam, pembahasanya berkisar sekitar ajaran pokok dalam suatu agama. teologi merupakan wacana yang hidup tentang masyarakat yang sedang tumbuh mencari model kehidupan yang lebih dewasa, adil, dan sejahtera. Dalam arti ini bisa dikatakan bahwa kedewasaan sebuah umat bisa dilihat dari wacana teologi yang diperlihatkannya.
            Teologi islam sebagai salah satu dari disiplin ilmu telah tumbuh dan menjadi bahagian dari tradisi kajian tentang agama islam pada zaman klasik. Islam memandang perkembangan ilmu ini merupakan bahagian internal kehidupan seorang muslim secara utuh, karena manusia diharuskan mengembangkan ilmu seoptimal mungkin. Manusia diberi otonomi penuh untuk mengembangkanya, asalkan aplikasi dari ilmu itu sesuai dengan ajaran islam yang dilandasi rasa takwa kepada Allah SWT.
A.    Pemikiran Harun nasution
Pemikiran suatu masyarakat islam yang berada di era global sekarang, dalam kaitannya dengan pemikiran kalam, kita hendaknya bersyukur karena telah dapat mewarisi pemikiran kalam tokoh-tokoh era klsik yang tersosialisai dengan baik. Berbagai aliran kalam yang berkembang waktu itu seperti kahawrij, murji’ah, syi’ah, mu’tazilah, asy’ariah, maturudiah dan lainya, jelas telah memberikan konstrubusi kejayaan islam dan warna tersendiri terhadap perkembangan pemikiran kalam dan waran tersendiri terhadap perkembangan pemikiran islam sampai abad ini.
1.   Peranan akal
Besar peranan akal dalam teologi dalam satu aliran sangat menetukan dinamis atau tidaknya pemahaman seseorang tentang ajaran Islam. Berkenaan dengan akal ini, Harun Nasution menulis demikian “Akal melambangkan kekuatan manusia. Berkenan  dengan akal ini, harun nasution menulis demikian “akal melambangangkan kekuatan manusia, kareana akallah manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan makhluklain disekitarnya. Bertambahtinggi akal manusia maka bertambah tinggilah kesanggupanya untuk mengalahkan makluk lain. Bertambah lemah kekuatan akal manusia, maka bertambah rendah pulalah kesanggupanya menghadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut.
Dalam ajaran islam, akal mempunyai kedudukan tinggi dan banyak dipakai, bukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja, tetapi juga dalam perkembngan ajaran-ajaran keagamaan islam sendiri. Bukan tidak ada dasarnya kalau ada penulis- penulis, baik dalam kalangan islam sendiri maupun dalam kalangan non islam, yang berpendapat bawa agam islam adalah agama rasional.
2.   Pembeharuan teologi
Pada dasarnya dibangun diatas asumsi bahwa keterbelakangan dan kemunduran umat islam adalah disebabkan “ada yang salah” dalam teologi mereka. Pandangan ini serupa dengan pandangan kaum modernis lain pendahulunya ini (Muhammad abduh, rasyid ridha al-afgani, Syid Amer Ali, dan lainya) yang memandang perlu untuk kemabali  kepada teologi islam yang sejati. Retorika ini mengandung pengertian bahwa umat islam dengan teologi fatalistic, irasional, pre-determinisme serta penyerahan nasib telah membawa nasib mereka menuju kesengsaraan dan keterbelakangan. Dengan demikian, jika hendak mengubah nasib umat islam hendaklah mengubah teologi mereka menuju teologi yang berwatak rasional serta mandiri.
Pembaruan teologi yang menjadi predikat Harun Nasution, pada dasarnya dibangun atas asumsi bahwa keterbelakangan dan kemunduran umat Islam adalah disebabkan “ada yang salah” dalam teologi mereka. Dengan demikian jika hendak merubah nasib umat islam, menurut Harun Nasution hendaklah mengubah teologi mereka yang berwatak free-will, rasional, serta mandiri. Tidak heran jika teori modernisasi ini selanjutnya menemukan teologi dalam khazanah Islam klasik sendiri, yakni teologi muktazilah.

3.   Hubungan akal dan wahyu
Hubungan wahyu dan akal memang menimbulkan pertayaan, tetapi keduanya tidak bertentangan. Akal mempunyai kedudukan yang tinggi Dalam al-Qur’an. orang yang beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua permasalahan keagamaan.
Dalam pemikiran islam baik dibidang filsafat dan ilmu kalam, apa lagi dibidang ilmu fiqih akal tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap tunduk pada teks wahyu, teks wahyu tetap dianggap benar. Akal dipakai untuk dipahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu. Akal hanya memberi interprestasi terhadap teks wahyu sesuai dengan kecendrungan dan kesanggupan member interprestasi yang dipertentangkan dalam sejarah pemikiran Islam. Sebenarnya bukan akal dan wahyu tetapi penafsiran tertentu dari teks wahyu dengan penafsiran lain dari teks wahyu itu juga. Jadi, yang bertentang sebenarnya dalam Islam adalah pendapat akal ulama tertentu dengan pendapat akal ulama lain.

B.     Nurkholish madjid
Teologi ini adalah methodologi tradisi spiritualisme masyarakat manusia yang didasarakan atas fantasi dan imajinasi dalam model magi, okult dan kontemplasi yang diwadahi dalam ritual-ritual yang indah dan bernilai seni (tarian, nyanyian, deklamasi, pengarakan patung, lukisan dll). Di dalam kehidupan manusia methodologi teologis ini bertolak dari diri manusia sebagai pusat segalanya. Titik tolak anthroposentrik (bhs Yunani: anthropos=orang, manusia) inilah yang menyebabkan terciptanya jurang atau gap antara ide-ide teologi dengan realitas masyarakat manusia yang dirasakan dan dialami (experienced by) manusia secara individual maupun kolektif.
Dari sinilah timbulnya konflik-konflik gagasan, pemikiran dan ideology antara manusia secara individu dan antara masyarakat-masyarakat manusia secara sosial. Methodologi teologis ini dapat kita simak dalam Surah Al-Maaidah (5) ayat 27-28

Pola pemikiran Nurcholish Madjid
1.      Pluralism kebudayaan
Buubadaya menurut nurcholish madjid adalah budaya yang mengunggulkan ikatan-ikatan keadaban dan merupakan agama, filsafat, seni, ilmu, sejarah, mitos dan bahasa. Jadi kebudayaan itu meliputi ide dan symbol. Menurutnya di Indonesia ada Sembilan unsure sub kultur, yaitu:
a.       Keislaman, yaitu berdasarkan realitas sebagian besar bangsa Indonesia beragama islam. Berarti unsure kebudayaan Indonesia yang terpenting adalah keislaman. Keislaman memainkan peranan penting dalam mempersatukan penduduk pada satu tujuan.
b.      Kosmopolitanisme, yakni pasti hamper dapat dikatakan seluruh bangsa Indonesia yang beragama islam, dalam kenyataanya masih dapat dibedakan mereka yang lebih taat pada ajaran-ajaran agama yang ortodoks dan mereka yang kurang taat kareana lebih mempertahankan unsur-unsur setempat.
c.       Nativisme, mereka yang lebih taat kepada unsu-usur setempat, khususnya dibidang cultural. Ini adalah karakter penduduk pedalaman yang membentuk sub kultur nativistik sekalipun beragama islam
d.      Keberatan merupakan penjajah barat yang dating dengan sendirinya membawa unsure baru dalam konstalasi cultural Indonesia.
e.       Kajawaan, sesungguhnya apa yang disebut dengan kaum abangan adalah golongan sub kultur kejawaan ini, sedangka kaum santri adalah orang-orang jawa yang lebih kosmopolit.
f.       Keluarjawaan, dalam hal ini tidak memiliki wujud yang tunggal sebab kelurjawaan ini dalah nativisme apa saja yyang ada pada orang lain seperti keminangan, kesundaan dan lain-lain.
g.      Keagamaan, hal ini jelas sudah satu kultur rasa atau sentiment keagamaan.
h.      Ketidakagamaan, meskipun dikatakan bahwa salah satu cirri penting bangsa indonesioa ialah keagamaan, tatapi dalam kenyataannya masih terdapat tempat, betapapun sempit dan sukarnya, bagi sub kultur ketidakagamaan.
i.        Kekristenan, telah disebutkan bahwa kebaratan sebagai suatu sub kultur yang didalamnya mencangkup orang-orang Kristen.

2.      Pluralisme Pendidikan
Islam dalah agama yang menempatka pendidikan dalam posisi yang sangat fital. Menurutnya ada persoalan-persoalan lain yang menyebabkan pendidikan di Indonesia ketinggalan zaman:
1.      Salah satunya adalah ketik mampua dalam menguasai bahasa inggris. Ia tidak bermaksud membunuh eksistensi bahasa Indonesia, akan tetapi untuk saat ini bahasa inggris sangat instrumental untuk menngkatkan mutu pendidikan.
2.      Pendidikan di Indonesia masih di dekati secara nativistik yaitu suatu orentasi yang hanya bertumpu kepada bangsa sendiri.
3.      Kurangnya kesadaran yang penuh dalan hal etos penelitian.
4.      Hal yang terkait dan sangat penting dibicarakan berkenaan dengan pendidkan adalah kebebasan.
5.      Menonjolnya pendidikan verbalisme di Indonesia berwatak verbalistk, senantiasa berisi omongan, teori-teori abstrak, namun sedikit sekali persinggungan dengan realita atau kenyataan sesungguhnya.
6.      Pluralitas realitas kemajemukan umat beragama harus diperkenalkan ewngan kenyataan bahwa bangsa Indonesia majemuk dari segi keyakinan da ajaran agama.
7.      Persoalan penting lainnya adalah pendidika terkait dengan soal penghargaan terhadap peran dan posisi guru.

3.      Pluralism politik
a.       Pembaruan Negara dan partai islam
Pandangan politik menrutnya sejak tahun 70-an sam pai era revormasi sekarng ini, tidak bisa dipisahkan dari kontek social politik orde baru. Maka tidak heran strategi langkah politik orde baru”belajar” dari orde lama pada tahun-tahun pertama pemerintahan orde baru melakukan”rekonstruksi” dalam tatanan kehidupan ekonomi dan politik.
Langkah yang diterapkan orde baru adalah menerapkan strategi politi okomodatif dalam meminimalisasikan konflik partai politik sebagaiman yang telah mewarnai pada masa pemerintahan orde lama.
b.      Islam dan Negara dalam masyarakat plural
Diantara pemikir terkemuka islam muncul gerakan –gerakkan intelegtual yang mengkampanyekan gagasan-gagasan sekularesasi seperti tampak dalam gagasan kelompok pembaruan pemikiran isla yang dipelapori oleh nurkholish madjid dan kelompoknya lebih sophisticated, sistematis, terarah dan moderat serta tidak vulgar atau primitive. Sekularisasi nurkholish madjid adalah sekularisasi canggih. Gerakannya dimaksudkan untuk menerobos kebekuan berfikir umat islam dan menyegarkan faham keagamaan.

4.      Pluralism agama
Teologi nurkholish madjid diawali dengan interpetasi al islam sebagai sikap pasrah kehadirat tuhan. Kepasrahan merupakan karakteristik pokok semua agama yang benar. Inilah world fiew al-qur’an, bahwa semua agama yang benar adalah al islam, yakni sikap berserah diri kehadirat tuhan. Bagi orang yang pasrah kepada tuhan dinamakan muslim.

Kesimpulan
Harun nasution dan nurcholish madjid sering merujuk pada pemikiran teologi muktazilah yang rasional. Karena yang diperlukan sekarang bagi umat islam adalah berfikir rasional, yaitu berfikir dengan memprgunakan akal yang dianjurkan al-qur’an dan sunnah Nabi. Teologi ini pernah membawa umat islam kepada kemajuan yang tiada taranya dibidang ilmu pengetahuan agama, sains dan teknologi. 
Mereka kelihatannya sangat percaya bahwa teologi yang memberikan daya besar kepada akal manusia dan membawa kepada kemajuan. Karena bagaimanpun juga suatu masyarakat akan terus berubah, dinamis sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sebaliknya teologi yang berdasarkan kehendak mutlak tuhan, justru akan membawa manusia kepada paham fatalisme.

0 Komentar Anda: